Minggu, 03 Mei 2015

"Cuma Mau Bilang, Itu Retsletingnya Kebuka"


Di suatu kesempatan lagi-lagi saya membiarkan telinga saya mendengarkan curahan hati seorang teman yang sedang komplain habis-habisan perkara masalah yang sedang ia hadapi. Karna entah kenapa, kebiasaan saya adalah senang sekali mendengar berbagai macam cerita dan keluhan dari orang sekitar saya, bahkan orang yang baru ketemu sekalipun.
Berawal ketika saya sedang berada dalam satu acara, karna sudah seringnya dia curhat ke saya, jadi sikap saya pun sudah seperti biasanya, mendengarkan. Kali ini saya melihat masalahnya sungguh pelik -sepertinya- sampai-sampai emosinya meletup-letup dan menghasilkan beberapa hewan di kebun binatang serta ejekan-ejekan yang menyakitkan hati. Walaupun sebenarnya ungkapan kotor itu bukan diperuntukkan ke saya, namun sebagai seorang pendengar saya pun terbiasa bisa memposisikan diri saya sebagai teman saya itu ataupun "terdakwa" yang sedang dicaci maki tanpa tahu sedang dicaci maki.

Insan-insan yang banyak kekurangan
"...lo tau kan kalo tabiat dia kayak gitu. Gue gak habis pikir. Gak pernah berubah tuh orang. Kalo sampe gue ketemu dia lagi, gue jambak tuh bibir sampe dia kapok. Udah gitu masa duit gue gak dikembali-kembaliin. Kan, b*ngs*t... Ngomongnya mau tanggal 1 dibayar, ehhh... ditagih malah marah-marah. Gak cuma itu, dia malah jelek-jelekin gue ke temen-temen. Dasar m*ny*t emang tuh anak... Kalo ditagih langsung ngungkit-ngungkit kejelekan gue yang lalu-lalu. Padahal apa, gue juga sering baik kok sama dia. Sering juga bayarin dia makan. Pas dia kepentok dikit, sekarang gue yang disalahin. Seharusnya dia nyadar dong. Kalo miskin mah miskin aja... Gausah sok bergaya minjem-minjem segala..."

Banyak orang lupa ketika hendak pergi keluar rumah hal-hal kecil sering dia lupakan. Mematut-matut diri di depan cermin tetapi yang dia perhatikan hanya sekitar daerah wajah yang pada umumnya wajah adalah bagian yang paling sering diperhatikan orang lain. Persiapan berjam-jam ia lakoni hanya agar wajahnya tampak berseri ketika bertemu banyak orang di luar sana. Paling mentok ialah memperhatikan se necis apa pakaian yang hendak dipakainya keluar rumah. Paduan warna yang pas di badan atau model yang harus kekinian menjadi hal yang sangat penting.

Ketika teman saya itu tidak henti-hentinya menyalahkan apa yang diperbuat si "terdakwa" yang bisa saya lakukan hanya mendengarkan, lalu mendengarkan, dan tetap mendengarkan. Selain itu saya hanya bisa tersenyum. Karna tak ada jeda sedikitpun yang bisa saya sela untuk sekedar memberi komentar kecil atau ungkapan singkat.

Orang sangat suka didengar, karna hukumnya setiap orang sangat suka didengar, maka kita sering sekali lupa mendengarkan orang lain. Karna bisa jadi orang yang hobi mendengarkan seperti saya juga butuh didengar. Entah itu karna saya punya sebuah kisah atau sebuah nasihat. Intinya setiap orang butuh didengar. Ingat kan??!! Kesuksesan sebuah agen asuransi ialah setia mendengarkan keluhan nasabahnya. Kalau perkaranya anda sangat butuh didengar, maka kesimpulannya orang lain pun menginginkan hal yang sama. Jika anda terlalu sibuk bercerita, maka anda sedang tidak berinteraksi dengan orang lain, namun sedang bercerita dalam novel.

Tipsnya adalah lihatlah diri sendiri dulu sebelum mencaci atau mengomentari orang lain. Jika dirasa sudah hampir sempurna -karna tidak ada makhluk yang sempurna- maka silakan anda mencaci, menjelekkan, dan mengomentari orang lain. Tapi anda harus ingat bahwa sesungguhnya mencaci dan menjelekkan orang lain itu adalah ketidaksempurnaan makhluk yang bagi anda diri anda terasa sudah sangat patut dihargai sebagai hampir sempurna. Dalam hal mengomentari pun sama. Ketika mengomentari seseorang, berikanlah komentar yang membangun dan tidak memperolok "terdakwa". Tidak menjadikan "terdakwa" sebagai bahan guyonan orang-orang juga berikan nasihat positif untuknya barangkali dia sadar dan bisa berubah.

Pasti ada di dalam diri kita kekurangan-kekurangan walaupun hanya sekecil untaian benang yang menjulur di sudut baju. Jika kita tidak teliti dengan diri kita, benang yang menjulur tadi akan tetap berada di sudut baju kita sampai kita selesai berinteraksi dalam seharian ini. Kalau saja kita teliti dengan benang tadi, mungkin kita akan mengguntingnya agar pakaian kita terlihat sedikit rapi dari sebelumnya. Atau ketika kita tidak sadar dengan benang tersebut saat keluar rumah, bisa jadi teman kita yang teliti dengan penampilan kita akan memberitahu keberadaan benang tersebut dan seketika itu pula kita akan mengguntingnya. Dan kini penampilan kita jauh lebih menarik karna teman kita. Itulah pentingnya mendengarkan.

Setelah teman saya itu bercerita berjam-jam lamanya tanpa jeda, dan mungkin dia agak bingung melihat saya senyum-senyum saja sedari tadi kemudian ia bertanya, "Lo kenapa senyum-senyum mulu sihh... Orang temen lu lagi kesel juga... "
"Enggak kok. Cuma mau bilang, itu retsletingnya kebuka..."
Teman saya pun gelagapan salah tingkah.


-Eswe, 22 th-
Sedang menasihati diri sendiri di bawah Blarney Castle - Irlandia

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Followers