Senin, 11 Mei 2015

SURAT CINTA JAKARTA - MEKKAH



Ia telusuri jalan cinta ini. Tanpa kompromi, lagi dan lagi. Jakarta, 2015. Bahkan ia lupa entah berapa lama cinta ini menjalar ke setiap sulur saraf. Siapa sangka segini mabuknya, ketika gadis Jakarta mendengar kata Mekkah. Air mata berjejalan di pelupuk, berkata dalam hati "labbaik allahuma labbaik... labbaika laa syarika laka labbaik..."

Masih belia, belum tua. Cintanya pedih sekaligus nikmat dirasa. Tapi apa daya, yang dimilikinya hanya harapan. Ia genggam erat, tak pernah melepasnya. Cinta yang dirasa hanya bayang-bayang. Gambaran bangunan kubus hitam dihadapannya sangat jelas, walau hanya dalam mimpi.

Kasihan sekali gadis ini. Lemah, memohon, dan merajuk. Tutur katanya tersumbat melahirkan irisan pedih dalam hati ketika lagi-lagi seseorang didekatnya pulang dari Ummul Qura. Ya, iri hati sekaligus senang saudaranya telah mendapat undangan agung bertamu ke rumah Mu Ya Allah. 

Bukan air zam zam atau kurma, bukan pula buah tangan arab yang ia tunggu. Tapi sepenggal kisah yang sangat membuatnya bersemangat. Kisah yang melambungkan angan-angannya berada di tempat yang sama. Yang membuatnya bercucuran air mata tanpa sebab. Yang menjadikan lututnya lemas tak bertulang ketika gambaran jelas Ka'bah melintas dalam bayangnya. 

Aduhaaii Allah... sesak tangis gadis ini sulit sekali tertahan. Pedihnya menyayat hati, namun nikmat dirasa.. Entah apa yang akan ia lakukan saat benar-benar berada di depan Ka'bah Mu itu. Ah... gadis ini terlalu malu untuk berada dekat dengan jejak Mu Ya Rabb.

Mungkin matanya akan membengkak sebab terlalu banyak menangis. Menangis karna malu terlalu banyak dosa. Malu karna hafalan Al Quran nya tak seberapa. Malu karna sedekahnya sangat sedikit. Malu karna hati masih kotor. Malu karna niat banyak bengkok. Malu Ya Allah, malu...

Pantaskah gadis ini berharap mendapat undangan agung dari Mu Ya Rabb...

-Eswe 22th-
Moevenpick, Jeddah Al Nawras, Saudi Arabia

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Followers