Senin, 18 Mei 2015

Serunya Makan Makanan Korea di Seoul Street (Tteokbokki, Jjajangmyeon, Gimbap, Ocha Korea)


*Whatsapp*

Kamis, 7 May 2015
Eswe   : "Besok makan teobokki yukkss"
Mimi   : "Serius?"
Mimi   : "Pedes"
Mimi   : "Nnt lu tepar lagi deh"
Eswe   : "Kagak.. Bener.. Gak pedes amat paling"
Eswe   : "Dikit aja kalo pedes beneran mah"
Mimi   : "Yaudh"
Mimi   : "Bsok ya"

Jumat, 8 May 2015
Mimi   : "Tay jadi apa engga?"
Eswe   : "Jadi yukk"
Eswe  : "Tp jgn lama2 besok gue berangkat pagi ke rmh voni"
Eswe   : "Entar gue turun tosari"
Mimi   : "Oke.."
Mimi   : "Nnt lu turun tosari"
Mimi   : "Iyak"
Mimi   : "Dr tosari lu jalan ke arah sevel"
Mimi   : "Lurus terus ampe lobi GI"
Eswe   : "Trus lu jemput gue di sevel?"
Mimi   : "Nnt w jemput d situ"
Mimi   : "Engga"
Mimi   : "Kejauhan tar lama lagi"
Eswe   : "Lobi gi mananya sevel"
Mimi   : "Nnt ampe GI kan"
Mimi   : "Lurus terus tay"
Mimi   : "Nnt w jemput d situ"
Eswe   : "Lobi GI belakang itu kan? Sevel yg di dalem gg depan menara bca"
Mimi   : "Iyak"
Mimi   : "Jgn nyebrang dr sevel"
Mimi   : "Lgsg lurus aja"

Begitulah percakapan kita di sore hari sebelum pulang kerja yang menjadi awal perhelatan seru hari ini. Hingga tibalah di Halte Busway Tosari waktu itu selepas Maghrib. Sambil berjalan kaki menuju tempat yang sudah diberi tahu Mimi tadi, gue mencoba menghubungi Mimi lagi via telpon. Entah kenapa kali ini, ketika menelpon Mimi, gue bisa denger suara dia dan dia gak bisa denger suara gue. Udah beberapa kali dicoba tetap aja sama. Akhirnya gue memutuskan untuk berkomunikasi via Whatsapp kembali....

Eswe   : "Mi gue udh di seberang shinta lobby"
Eswe   : "Mananya?"
Eswe   : "Gue denger suara lu, tp kayaknya lu gak denger gue"
Mimi   : "G ada suara"
Mimi   : "Tunggu"
Mimi   : "D stu aja"
Eswe   : "Bener di seberang shinta lobby?"
Mimi   : "Jaraknya lmyn jauh"
Mimi   : "Iya"
Eswe   : "Oke"
Mimi   : "I promise not until 10 minutes"
Eswe   : "Just ahead"
Eswe   : "Depan astrido kan yak"
Eswe   : ":|"
Eswe   : "Gue pake baju merah lagi ngejogrog di warung kaki lima"
Eswe   : "Whatsapp aja mi.."
Mimi   : "Oh"
Mimi   : "Oke"
Eswe   : "Masih lama?"
Mimi   : "W dpn sl loung"
Mimi   : "Lu ke perapatan deh"
Eswe   : "Ah males.. Elu aja sini"
Eswe   : "Td suruh nunggu sini"

Tunggu menunggu pun diakhiri dengan kedatangan Mimi dari sisi jalan yang gelap *udah kayak Voldemort aja*.
Jalanlah kita ke arah Grand Indonesia malam itu. Lumayan ramai, karna mungkin ini malam Sabtu dan besok adalah malam Minggu *apasih*. Tujuan awal adalah menuju Mushola GI di salah satu bagian gedung yang bisa dibilang membuat gue bingung gue ada dimana. Tapi FYI aja, musholanya super nyaman. Jadi waktu masuk GI, langsung turun eskalator ke lantai bawahnya dan deket area foodcourt atau apalah itu namanya. Ada pintu keluar, dan kita mesti keluar dulu. Jangan sampai salah pintu. Keluar lewat pintu yang ada papan petunjuk ke arah mushola dan kantin.
Sampai lah di depan pintu masuk mushola. Gue dapati banyak sekali jamaah yang baru saja selesai sholat magrib yang sedang memakai sepatu di dekat pintu masuk tempat penitipan barang mushola. Layaknya loket penitipan barang di banyak tempat, yang gue kasih ke mbak-mbak penjaga loket berjilbab itu adalah tas gue yang segede bagong. Tanpa berpikir apa-apa sebelum 5 detik berlalu dengan acara tatap tatapan sama mbak penjaga loket itu. Wajah mbaknya bingung, nyetrum dan membuat gue juga bingung dalam 5 detik terakhir. Apa gue sedang melakukan suatu lelucon dengan tas ini?? Dan mungkin entah berapa pasang mata di belakang gue mengamati tingkah gue yang kikuk itu.
"Alas kakinya mbak," mbak berjilbab penjaga loket itu memecah kebingungan 5 detik itu.
"Oh.. ya.. sepatu Mi.. copot.. hehehe" jawab gue tengsin mencoba 'sedikit' nge-blaming Mimi.
Sudah terima nomor penitipan kita cepat-cepat beranjak menuju mushola.
"Gue juga baru ini ke Mushola ini Tay" alibi yang dirasa sedikit keren untuk ukuran orang yang bekerja di Hotel Indonesia. Sedikit.

Selesai sholat Maghrib kami pun segera pergi ke ATM untuk menarik beberapa lembar lima puluh ribu rupiah asli tidak jauh dari food court. Setelah kami dapati beberapa lembar uang lima puluh ribu rupiah asli bertengger manis di dompet kami, segera kami menuju outlet masakan korea yang sudah membuat perut kami salah tingkah. Kami pun mendaratkan pesanan kami pada restaurant yang bernama "Seoul Street".

Karna udah penasaran dari lama banget seperti apa itu yang disebut "Tteokbokki Korea" kayak yang di drama-drama korea biasa disebut "Kue Beras Pedas". Karna penampakannya yang merah pedas, menggugah rasa penasaran yang amat sangat gadis yang tidak terlalu fanatik dengan drama korea ini. Tidak terlalu banyak menu yang tercantum dalam daftar menu. Namun semua yang tertera pada tulisannya, sepertinya familiar di otak gue. Kebanyakan adalah masakan populer di drama-drama korea seperti Jewel in The Palace, Princess Hours, Boys Before Flowers, Full House, dan lainnya. Maapin gue yakk gak banyak tau drama korea.

Kita berdua pun memesan 2 gelas Ocha Korea Dingin yang gue pikir kalo orang Indonesia bilangnya Es Teh Manis. Lalu menu utama Teobokki si Kue Beras Pedas itu. Kemudian Jjajangmyun si Mi Hitam dan Gimbap si Sushi Korea.

Entah apa yang ada di pikiran gue, gue berpikir akan menghabiskan semuanya dalam sekejap.. Hahhaa.. Berhasilkah??!! *evil laugh*

Tteokbokki
Menu pertama yang datang adalah tteobokki dan ocha korea. karna udah gak sabar, akhirnya gue langsung menggarap itu piring tteobokki buat difoto, bukan buat dimakan bukan... hahha *anak muda yang kekinian*
Pertama nyobain sausnya yang dibilang orang pedes, ternyata rasanya agak sedikit seperti taucho atau kuah asinan sayur. Pedasnya malah gak ada. Berasa sih bubuk cabenya. Tapi agak lebih ke rasa kedelai fermentasi dicampur rasa gurih dan sedikit manis. Cocok sih sama lidah Indonesia. Tapi kalo tampilannya pedes tapi ternyata menipu, masih tetep kurang sih menurut gue.
Dalam sajian sepiring tteokbokki terdapat kue beras pedas. Rasanya gak jauh beda sama cilok bandung yang setengah mateng. Padet, super kenyel, dan gak ada rasa sama sekali. Ada bihunnya juga. Tapi ini bukan bihun biasa. Entah terbuat dari apa, ini bihun super kenyel. Dan waktu gue makan ini bihun, kagak pake gue kunyah dulu. Langsung telen. *jangan bilang-bilang mimi* Kemudian ada sedikit irisan asinan wortel dan timun. Juga ada beberapa slice lembar seperti kembang tahu, tapi rasa bakso. Entah apa lah itu namanya. Juga ada seonggok telur ayam rebus bertengger sebagai icon lidah Indonesia... *ngarang*. Tak lupa dengan taburan biji wijen untuk mempercantik tampilan. Harganya kisaran Rp 36 ribuan. Gak tau persis karna billing dipegang sama Mimi.
Ocha Korea Dingin yang gue kira seperti Es Teh Manisnya Indonesia, ternyata salah besar. Pas serrruuppuuuuuuttt.... Yeaakkss.. Rasanya kayak air kopi pahit tapi bening gitu. Dingin, pahit, rasa kopi, bening. Lelucon macam apaa iniiii !!!!! aaaakkkkkkk.... >O<

Jjajangmyeon
Menu kedua adalah pesanan si Mimi. Mie Jjajangmyeon atau Mi Hitam. Mie nya super kenyal, super tebal, dan ngenyangin yang pasti. Teksturnya kayak kalo kita bikin mie sendiri di rumah pake gilingan mie yang agak gede-gede *gue pernah berhasil membuat itu*. Kemudian disiram dengan saus kedelai hitam fermentasi. Kalo di film korea biasanya para ibu-ibu akan mengubur kendi-kendi besar berisi saus kedelai ini di dalam tanah di belakang rumahnya. Katanya semakin lama dikubur di dalem tanah, semakin lezat rasanya.
Dalam saus kedelai hitamnya ada potongan-potongan sayur sebesar dadu. Seperti, kentang, lobak, wortel, daging, dan unexplained things lainnya. Rasanya manis dan gurih. Tapi manis lebih mendominasi sehingga perut sudah terasa begah walaupun baru masuk beberapa suap saja. Tak lupa ada hiasan irisan mentimun dan taburan biji wijen diatasnya. Harga per porsi sekitar Rp 38 ribuan. Masih dibawah Rp 40 ribu lah.. Ketika mie dan saus kedelai hitam kita campur, yakkk apa yang ada dihadapan kini lebih mirip Mie Semur *ngarang banget sebutannya*.

Saus Gimbap
Gimbap
Menu ketiga adalah Gimbap. Pesanan paling favorit dan paling enak sesuai ekspektasi. Si Sushi Korea ini punya tekstur dan rasa yang bikin nagih. Nasinya seperti nasi Jepang. Kalo dikunyah berasa makan ketan. Kenyal. Isi dari gulungan Gimbap ini adalah irisan mentimun, wortel, daun bawang, dan potongan daging sapi dan daging ayam. Dibalut nori dan tidak lupa ditaburi biji wijen *kenapa harus wijen? kenapa selalu dia?? kenapa??*
Pose termanis
Cara makannya adalah gulungan Gimbap di cocol ke saus Gimbap nya. Rasanya gurih dan sedikit manis dari nasinya. Makan Gimbap ini paling menantang. Kenapa? Karna satu gulungan itu wajib masuk mulut semua. Jadi lah kita harus mangap yang lebar dan mulut susah mengunyah karna terlalu penuh dengan gulungan Gimbap nya.
Harga satu porsi Gimbap sama. Kisaran Rp 35 ribuan. Tapi yang paling gak bikin nyesel adalah pesen Gimbap karna ini makanan yang paling enak dari pesanan lainnya.

Namun kembali ke misi awal. Pesanan yang membuat penasaran di awal adalah tteokbokki. Maka dari itu saya berkonsisten untuk menghabiskan tteokbokki lebih dahulu. Sesuap, dua suap, dan nnggaaappp!! Pada akhirnya dengan sok kuat untuk menghabiskan semuanya, acara makan malam kali ini diperlambat dengan obrolan-obrolan yang kurang penting. Agar supaya makanan yang dipesan tetap habis walaupun lama.
"Perasaan waktu pesenan dateng tadi, gue bilang sedikit yak Mil. Tapi ternyata beberapa suap aja udah gak abis," kata gue sambil sering-sering narik napas biar space di lambung agak longgar walaupun sedikit. Dan gue masih berjuang sampe Tteokbokki pesenan gue habis.

Tampang yang mulai ngaaapp !!
Ngeliat si Mimi yang sedang mati-matian berjuang menghabiskan Jjajangmyeon nya bikin gue nahan ketawa. Karna beberapa kali dia bilang kalo dia lagi program diet dan space lambungnya sudah tidak sebesar sebelumnya. Teman durjana macam apa aku ini ??!!! Menghasut teman sendiri untuk gagal diet.. ahahhaha... Maap ya Mil... Tapi enak kan ?? Tapi gue salut sama lu Mil. Walaupun udah ngap, masih aja lu berniat beli Jjajangmyeon instant di Ranch Market.

Mari kita laknat saja makanan yang terlihat sedikit itu !!!

Setelah Tteokbokki ludes dimakan perut godzila yang mulai melemah, kini saatnya Mimi berkoar-koar minta dibantu menghabiskan Jjajangmyeon nya. Padahal Gimbap masih bertengger indah di piring serta melambai-lambai menggoda minta dimakan. "Yaudah mil, kalo gak abis gausah diabisin, udah ngap. Ini lagi berjuang biar muat buat ngabisin yang ini," kataku sambil nunjuk Gimbap yang super lezat itu. Nyyaaamm...

Setelah jeda mengobrol cukup untuk mengatur space perut godzila yang sedikit mengosong, gue pun melanjutkan peperangan ini untuk menyerbu piring Gimbap yang cantik itu. Lahap satu persatu. Ngap sih... Tapi mubadzir kalau ditinggalin gitu aja.. Untung Gimbap nya enak. Jadi rada semangat buat ngabisin gulungan demi gulungan.

Sampai pada gulungan terakhir daaannn.... Weeelllll ddoonneeee.... !!!! Alhamdulillah habis. Dan hanya menyisakan puing-puing naas hasil pemberontakan kita pada makan malam istimewa kali ini.
Puing - puing cantik

Dengan perasaan merdeka, kita pun akhirnya mengakhiri pertempuran ini. Pertempuran yang membuat kita bertambah gendut saja. Pertempuran yang membuat kita merasa bangga lahir sebagai pemenang dalam menaklukkan makanan lidah Korean ini.

Seluruh makanan yang kita makan hari ini berjumlah Rp 138.000,-. Untuk seporsi Tteokbokki, seporsi Jjajangmyeon, seporsi Gimbap, dan dua gelas Ocha Korea si kopi pahit bening itu. Yeaakkss...

Pulang pun kami terlunta-lunta karena perut naga dan perut godzila sudah terisi penuh. Alhamdulillah... Akhirnya udah gak penasaran lagi sama makanan korea ini. "Gimana? kapok gak makan begini lagi??" tanya Mimi. "Enggak sih tapi kalo disuruh beli lagi, gue lebih milih menu yang lainnya aja."

-Eswe 22th-
Seoul Street, Grand Indonesia, Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Followers