Minggu, 16 Juni 2013

Rok Baru


Dear, sahabat-sahabat gue yang masih setia ngikutin perjalanan hidup gue. Kali ini gue mau share tentang apa yang menjadi bagian atas Resolusi 2013 gue. Apa??! "Jadi Anggun"
Umumnya jika kita mendengar kata "Anggun", pasti yang terbesit di pikiran kita adalah sopan, lemah lembut, jika berjalan tegap dan landai bagaikan burung merak, jika berpakaian santun dan syar'i, rajin memberi senyuman hangat pada saudara se muslim, dan berpenampilan menarik layaknya wanita sepatutnya. Menggunakan rok misalnya.
Gue. Seperti yang kalian tau, khususnya orang-orang yang sering ketemu dan bareng-bareng gue. BUKAN yang termasuk kategori wanita anggun sama sekali. Bahkan jauh dari predikat itu. Entah kenapa di malam tahun baru 2013, pas lagi rame-ramenya kembang api menghiasi langit gerimis malam itu, salah satu yang terucap dari sekian banyak resolusi gue adalah "Saya mau berubah jadi anggun. Layaknya seorang wanita yang lemah lembut, santun, dan meneduhkan".
Seperti halnya resolusi malam tahun baru 2011 lalu. "Saya mau pake jilbab. Layaknya seorang wanita yang sangat dihormati dan disegani maka saya terlindungi dari mulut-mulut penggoda dan mata-mata laknat di jalanan," dan saya mulai menggunakan jilbab tepat di tanggal 1 Januari 2011. Tidak mudah saat itu, beradaptasi dengan gaya dan penampilan baru. Mendapat pujian dan komentar sana-sini. Bahkan pada pertengahan perjalanan gue pake jilbab, banyak banget tantangannya. Mulai dari cara penggunaan jilbab yang kurang rapi. Merasa gak cocok setelan wajah gue kalo pake jilbab, soalnya muka gue jadi keliatan tambah dewasa dari usia sebenarnya. Trus, kalo kondangan gue bingung mau pake baju apa, karna baju-baju terbaik gue semuanya dalam versi baju jahilliah.
Tapi lambat laun, berkat bantuan Allah, gue udah punya baju-baju panjang yang menutup aurat. Blus dan kemeja panjang, celana panjang, dan koleksi warna jilbab gue juga udah banyak.
Yak, kalo kalian nyimak kalimat sebelum ini, gak ada rok yang dicantumkan di sana. And you know what??! Sebagai wanita muslim yang memutuskan untuk menutup aurat, gue belum sepenuhnya sempurna. Sebab, apa yang dikatakan bahwa "Sebaiknya wanita memakai pakaian wanita" kurang lebih begitu, dan gue belum masuk ke kategori "wanita" yang dimaksud itu. Sebab apa?? Yak, betul sekali, CELANA.
Buat gue celana adalah pakaian ternyaman yang gue punya. Gue bisa leluasa bergerak. Naik turun tangga sambil berjingkrak, lari, joget-joget, duduk sila (karna gue gak pernah bisa betah lama kalo duduk simpuh). Kesimpulannya, kaki gue bebas bergerak kemanapun gue melangkah. Simple, praktis, dan enerjik. Seperti gambaran sebagian kepribadian gue yang udah banyak dikenal oleh orang-orang disekitar gue.

Dan mengenai apa yang dimaksud "anggun" seutuhnya buat gue adalah salah satunya berhasil menggunakan rok. Dari kecil sampe tua begini, gue paling merasa gak pantes kalo pake rok. Seumur hidup gue, rok yang gue punya antara lain rok sekolah, sepotong rok trendy coklat selutut, sama dress batik yang suka gue pake ke kondangan. Dan semua itu bener-bener gak nyaman buat gue pake, yang emang sekarang udah gue wariskan peniggalan-peninggalan tersebut ke adek gue.

Berbeda dengan misi gue di resolusi 2011 yang langsung gue realisasikan sejak hari pertama tahun 2011 lahir, memakai rok ibarat hal yang masih jauh banget misi ini terbesit untuk segera gue lakukan. Gue masih ragu, dan masih banyak yang gue pertimbangkan atas hal yang satu ini. Namun, di semester V ini gue mengenal seorang wanita bernama Sofi. Dia temen sekelas gue semester V ini.

Mengenai Sofi, gue mengaku iri bahkan sejak dia tiba-tiba masuk ke kelas gue dengan anggunnya. Gaya jilbab yang ia kenakan gak beda jauh dengan gue. Tapi gaya pakaiannya yang bener-bener membuat tekat gue kuat untuk segera melakukan misi gue "Pake Rok". Memakai rok dan blus longgar. Dengan gelagat lembut dan apik. Cerdas, murah senyum, ramah, dan cantik. Dia tidak berdandan sama sekali. Tapi pancaran ke solehannya menyeruak ke seluruh ruang kelas. Subhanallah. Gue aja yang cewek jatuh cinta sama makhluk yang kayak begitu, apalagi cowok. Sejak saat itu gue berfikir terus menerus memantapkan hati gue untuk pake rok. Apapun kata orang-orang, bagaimanapun pendapat mereka, MAJU TERUUUUSSS!!!
Sampai pas banget tanggal 6 Juni 2013 kemaren, tepat di hari peringatan Isra Mi'raj. Malam Jumat itu gue mimpi bisa baca Al Quran dengan bersenandung.  
Di sebuah ruangan berisi para akhwat dengan jilbab-jilbab nya yang menjuntai indah. Di sisi ruangan lain di balik tabir ada sekumpulan ikhwan bersama seorang Kiyai yang sedang mendengarkan tadarus estafet yang dilakukan semua orang diruangan ini. Pakaian mereka bagus, rapi berwarna warni salem. Aku baru saja hadir di Majelis ini. Tercengang dengan keharuan yang mendalam. Lantunan ayat suci. 
Kali ini sedang giliran para akhwat membacanya secara estafet. Pandanganku menyapu ke seluruh sisi ruangan. Hanya ada beberapa orang yang aku kenal. Mereka teman sekelasku di SMK dan beberapa teman kuliahku. Mereka semua duduk bersimpuh diatas karpet mushola yang merangkap sebagai sajadah, rapi. Aku perhatikan seksama. Aku pernah mengenal tempat ini. Ini mushola di gedung SMK ku. Tapi aku agak ragu, seperti mimpi di dalam mimpi.
Seorang akhwat mengenakan mukena putih menarik tanganku yang lebih tinggi dari kepalanya. Isyarat bahwa menyuruhku duduk dan bergabung dengan yang lainnya. Aku toleh wajahnya. Dia mamak. Dengan senyumnya yang melahirkan sejuta kekuatan dalam hati anak-anaknya. Aku hanya tersenyum padanya, seperti hal ini sudah biasa kulakukan.
Setelah ini giliranku membaca. Dengan semangat yang menggebu-gebu dan percaya diri yang amat sangat, aku mengamati dan mengikuti setiap ayat yang sedang dibacakan. Sampai pada bagian sebuah surat yang di dalam mimpi aku amat menghafalnya. "Ini sangat mudah, dan aku sangat hafal. Akan ku bacakan dengan lantunan indah," pikirku.
Sekarang giliranku. Aku menutup Al Quran. Aku yakin bisa mengucapkan kalimat demi kalimat indah tanpa melihat bacaan. "A'uu dzubillahiminashyaitoonirrojiimm... Bismillahirrohmaanirrohiim..." Aku mengucapkannya lancar. Kata demi kata. Kalimat demi kalimat. Aku bangga, dan akhirnya aku bisa melantunkan ayat suci Al Quran seindah ini. "Alhamdulillah Ya Allah... Aku sadar ini mimpi. Dan Engkau memberiku kesempatan emas ini meski dalam mimpi. Ini yang terindah dari apa yang Engkau kabulkan." Aku melakukannya seperti sudah biasa melakukannya. Alhamdulillah...

Di pertemuan kelas minggu ini, gue udah nitip beli rok sama temen sekelas gue, Wulan, di tanah abang. Berhubung hari Jumatnya dia cuti bersama, jadi belom bisa bawain minggu ini. "Gak papa. Masih ada minggu depan" pikir gue. Di weekday berikutnya, aku mengingatkan. "Lan, jangan lupa yak. Warna coklat kopi"
Aku memilih rok bahan spandex warna coklat, karna aku suka bawahan warna coklat. Warnanya lembut, hangat, dan penuh kasih sayang.
Daaannn.... Taa raaaaa!! Pertemuan Sabtu 15 Juni 2013, akhirnya gue menerima rok pertama gue dari tangannya Wulan, dan gue membayar cash langsung tanpa ditunda. Demi apapun, malam minggu ini, hal terindah adalah rok pertama gue sudah terlipat rapi di tas gue.
Sepulang kuliah sesampainya di rumah, gue langsung buru-buru menjajal penampilan baru gue. Dan gak sedikit juga waktu yang gue habiskan cuma sekedar petantang petenteng di depan kaca kamar gue. Bolak mandir kesana kemari, berputar putar bak model tahun 70an. Memantas-mantaskan atasan yang bakal cocok gue pake ke kampus besok pagi.
Gue pun keluar kamar dengan girangnya, pamer-pamer rok baru gue ke semua orang di rumah ini. Sambil berjoget ala tarian tango, atau tap dance, atau sesekali gue berjoget ala flamenco di depan kedua kakak dan adik gue yang lagi rebahan santai di depan tivi.
Dengan muka garfield adek gue bilang gini ke kakak gue, "Mbak, lu lupa beliin obat adek lu yak? Itu dia udah parah gitu"
Trus kakak gue komentarin gue yang sedang asik berjoget ria di depan mereka sambil bercandain keponakan gue, Hanif, "Dek, sejak kapan lu jadi cewek? Hayo ngaku, sejak kapan??"
Dengan penuh kebanggaan gue menjawab, "Dua menit yang lalu," mendramatisir.

Keesokan paginya, tepatnya Hari Minggu 16 Juni 2013. Ini kedua kali gue petantang petenteng di depan kaca kamar gue. Bolak mandir kesana kemari, berputar putar bak model tahun 70an. Memantas-mantaskan atasan yang bakal cocok gue pake ke kampus hari ini. Gua padankan dengan kaus oblong cokelat caramel gue plus cardigan jersey hitam. Segera lari ke dapur meminta pendapat mamak. "Gimana mak??" Sambil senyum-senyum kegirangan mirip kambing yang udah nemu rumput setelah puasa berhari-hari.
Dan ini komentar mamak gue, "Ora apik. Ojo grombzhongan ngono to. Sing mener nganggone. Ojo tirangkep rangkep ngono." (Ga bagus. Jangan kegombrongan kayak gitu. Yang bener make bajunya. Jangan dirangkep-rangkep kayak gitu)
Gue masuk kamar lagi. Dan mengganti atasan yang memang sudah gue siapin buat opsi kedua kalo emang kaos oblong gue malah bikin penampilan gue lebih mirip mbak-mbak komplek yang mau ke warung dibanding seorang mahasiswa yang mau berangkat ngampus.
"Taa... raaa!!! Gimana??" gue meminta pendapat kembali dengan berlari ke dapur untuk kedua kali.
Mamak gue mengernyitkan dahi, seolah-olah ada yang sedang ia timbang-timbang. "Nah, ini lebih mendingan. Tapi kayak orang mau ngaji. Ya tapi cakepan ini daripada tadi." Gue spontan meringis kegirangan. "Mirip anak pesantren," lanjut mamak. "Aamiin," gue jawab.
Bapak yang sedang berjalan ke arah ruang tamu sambil mengancing lengan kemejanya gak luput dari permintaan pendapat anaknya yang lagi girang satu ini. "Gimana pak??!" Eh Bapak gue cuma ketawa, trus melengos ke arah ruang tamu yang gak kliatan lagi bayangannya dari kamar gue.
"Segini burukkah penampilan gue hari ini??" pikir gue. "Ah, bodo. Apapun kata orang, maju terus."

Yak, setelah mendapat beberapa tanggapan ambigu dari keluarga gue, gak kalah seru sama komen temen-temen sesampainya gue di kampus.
Wulan : "gue kalo liat elu berasa pengen nyanyi, suasana di kota santri... lalalala~~~"
Devi : "Seharusnya lu pake kaos yang agak kecilan. Soalnya rok lu udah megar, kalo pake atasan gombrong kurang pantes."
Muay : "bagus eh, bagus. Kayak mau ngaji. hahhaha"
Imas : "Kayak ibu guru.. Iya, harusnya atasannya jangan gombrong lan.."
Bambang : "Eh, sitay. Lu lagi keabisan stock celana??!!!"
Dewi : "Sitay begitu buat pangerannya tuh.. Jiaaelaaahh.. Ngaku aja.."
Mimi : "Bagus kok. pantes"
Triya : "Gue tau tuh, lu berdiri di depan gitu sambil salting kan??"
Tutik : "hahhaa.. biar kayak bu haji..."
Mbak Ida : "kok tumben Lan make rok??"
Mbak Ira : "Wulaaaaann.. kok kamu pake rok siii?? Secara ya, seorang Wulan tuh yang woooowww.. Hebring, nyentrik, petakilan.. Bisa juga lu pake rok.... hahhaha"

Yah.. semua itu pendapat, yang bakal jadiin gue lebih baik lagi di kemudian hari. Semua itu langsung gue aminin kala gue mendapat celetukan yang menjurus ke arah doa terbaik buat gue.
Dan pagi ini di kantor, sepupu gue liat gue make rok komentar gini, "Itu rok apa sapu jalanan???!!!"
HHwwaaaaaakkkkk....... DDzzziiigggggg!!!!!

Sekian_


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Followers